Gerhana dan Upaya Konyol


Pagi ini, 9 Maret 2016, aku bergegas bersiap untuk melihat gerhana dan memotretnya—sebagaimana anak muda pada umumnya. Kantorku kupilih sebagai tempat melihat gerhana sekaligus tempat sarapan bubur ayam. Sebabnya di sana ada taman yang cukup luas dan asri. Tapi begitu sampai sana, aku sadar telah membuat keputusan yang salah.

Gedung-gedung tinggi di sekitar taman sukses menghalangi pandanganku. Sial. Sudah hampir pukul tujuh dan aku sudah selesai sarapan, tapi matahari sama sekali tidak terlihat. Dari tempatku berada, terdengar suara masjid yang sedang memanggil jamaah untuk menunaikan salat gerhana. Sebenarnya sejak awal aku tidak berniat ikut salat gerhana, tapi melihat kondisiku saat itu yang hampir pasti gagal menonton gerhana, tiba-tiba niat itu muncul. Segera kupacu sepeda motorku ke Masjid Istiqlal.

Aku sampai ke sana tepat saat imam baru saja mengucapkan salam. Ternyata, salat gerhana di Istiqlal dimulai lebih awal dari dugaanku. Sekali lagi aku sial.

Meskipun masih ada kutbah, tapi banyak orang yang sudah berhamburan keluar untuk menyaksikan gerhana. Aku yang ketika itu sedang salat munfarid jadi kehilangan fokus. Diam-diam aku bangga melihat orang-orang tidak takut melihat gerhana secara langsung, dan mereka tetap baik-baik saja. Bukti bahwa Orde Baru telah keliru.

Tapi sebenarnya tidak ada yang bisa disaksikan. Seharusnya saat itu matahari berbentuk sabit, tapi bagian yang tidak tertutup bulan masih sangat terang sehingga membuatku silau menatapnya. Alhasil, aku sama sekali tidak bisa menyaksikan bentuk bulan sabit tersebut. Memotretnya pun juga tidak bisa. Dan orang-orang di sekitarku pun juga mengalami kesialan yang sama, hanya beberapa orang yang beruntung memiliki filter khusus.

gerhana.jpg

Lalu orang-orang pun pulang.

Kupikir semuanya benar-benar konyol. Seharusnya sejak awal aku sadar bahwa meskipun sebagian matahari tertutup bulan (konon di Jakarta sampai 88%) tapi bagian yang tidak tertutup masih cukup terang dan menyilaukan sehingga bagian yang gelap jadi sama sekali tidak terlihat. Seandainya aku menyadarinya sejak semula, pasti aku akan melanjutkan tidurku di hari libur yang seharusnya menyenangkan ini.[]

Ayo komentar!